Peringatan hari besar umat Islam di Nusantara sangat meriah. Tak terkecuali di daerah Yogyakarta yang melakukan upacara adat garebeg.Sebenarnya apa yang dimaksud dengan upacara adat garebeg? Agar lebih jelas, yuk, simak penjelasan artikel di bawah ini.
1. Perayaan keagamaan
Umat Islam memperingati hari besar seperti perayaan dua hari raya yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Di Indonesia sendiri juga memperingati hari maulid Nabi SAW sebagai hari libur nasional.Nah, diantara semua perayaan hari besar agama Islam itu, di daerah Yogyakarta mengadakan upacara adat yang disebut dengan Garebeg. Upacara ini diadakan pertama kali oleh Sultan Hamengku Buwono I.Upacara adat garebeg merupakan suatu upacara kerajaan melibatkan seisi keraton, segenap aparat kerajaan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Garebeg secara formal bersifat keagamaan.
2. Makna upacara garebeg
Masyarakat Yogyakarta mengadakan upacara adat garebeg ini sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Bersyukur karena sudah diberikan keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.Keraton sebagai lembaga tertinggi di Jogja membagikan sedekah. Hal ini sebagai bentuk adil seorang pemimpin yang memperhatikan masyarakatnya.
3. Dilaksanakan tiga kali dalam setahun
Upacara adat garebeg ini diadakan sesuai dengan perayaan hari besar umat Islam. Yang mana, perayaan ini digelar setiap tiga kali dalam setahun. Ketiganya juga mempunyai penyebutan yang berbeda-beda, lho.1. Grebeg SyawalDalam perayaannya, Grebeg Syawal juga dibagikan sedekah berupa gunungan yang biasa disebut “Kakung”. Gunungan ini lebih besar dari perayaan grebeg lainnya.Grebeg Syawal dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan dan malam Lailatul Qadar. Perayaan ini biasa dilakukan menjelang bulan puasa dimana umat islam berbondong-bondong menyambut bulan suci agama Islam.2. Grebeg BesarGrebeg besar biasanya dilakukan saat hari raya Idul Adha. Tradisi ini juga membagikan sedekah berupa hasil bumi. Hasil pertanian terbaik yang dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk gunungan besar yang sudah disusun sedemikian rupa.3. Grebeg MuludTerakhir ada grebeg mulud yang dilakukan menjelang kelahiran Baginda Nabi besar Muhammad Saw. Dalam perayaan ini disertakan beberapa rangkaian acara seperti Sekaten dan permainan gamelan selama 7 hari nonstop. Gamelan yang dipergunakan adalah milik keraton Yogyakarta
4. Arti kata “Gunungan”
Gunungan dalam upacara adat garebeg ini mempunyai beberapa macam jenis, seperti Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon. Maknanya sendiri adalah menggambarkan perpaduan semesta dalam melengkapi kehidupan di bumi.Maksud gunungan di sini yaitu berbagai jenis makanan dan tumbuhan yang ditumpuk dan dikreasikan menjadi satu. Hal ini menggambarkan perpaduan bermacam unsur bisa menyatu jika disatukan dengan tekad yang sama.
5. Ngalap berkah
Tujuan diadakannya upacara adat garebeg ini salah satunya adalah Ngalap berkah. Isi gunungan yang dibagikan kepada masyarakat dipercaya mengandung berkah.Siapa saja yang bisa mendapatkan isi dari gunungan tersebut dipercaya akan memperoleh keberuntungan dalam hidupnya. Hal ini tentu mengundang perhatian wisatawan yang menyaksikannya.Di Jogja memang sangat kental dengan kebudayaan yang turun-temurun. Tak jarang jika para wisatawan menganggap pemahaman tersebut sangat unik dan memiliki nilai filosofi yang tinggi dalam kehidupan.
Mengenal Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta yang Sarat Makna
Mengutip laman resmi Kemenpan-RB, tradisi turun temurun ini adalah wujud syukur Ngarso Dalem berakhirnya masa puasa di bulan Ramadan. Tradisi yang dinamakan Grebeg Syawal menjadi bagian dari nilai historis Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap tahun, pada 1 Syawal atau bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri, tradisi tersebut digelar berupa upacara adat di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dalam Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta terdapat gunungan yang dilepas melalui prosesi iring-iringan prajurit kraton. Tradisi ini juga telah berlangsung selama ratusan tahun. Sebelum diberikan kepada rakyat, gunungan tersebut diarak terlebih dahulu mulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman Masjid Agung (Masjid Gedhe) di Kauman yang berjarak kurang lebih 1 km.
Di masjid ini, Kyai Penghulu diikuti para ulama keraton beserta para abdi dalem akan memanjatkan doa-doa kebaikan, kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan serta keselamatan bagi keluarga sultan beserta rakyatnya dan nusa bangsa pada umumnya.
Tradisi ini merupakan juga bentuk wujud syukur dan sedekah dalam hasil pertanian. Tradisi grebeg ini adalah simbol hajat dalem yang bermakna sebuah bentuk kedermawanan sultan kepada rakyatnya. Pada hari-hari grebeg itu, Sultan berkenan memberikan sedekah berupa makanan dan berbagai hasil bumi lainnya yang disusun tinggi seperti gunung.
Selain Grebeg Syawal, Keraton Yogyakarta juga mengadakan posesi Numplak Waji pada Rabu (19/4/2023) dan Gladhi Resik Prajurit pada Kamis (20/4/2023). Kemudian, ada acara Ringgitan Bedhol Songsong pada Sabtu malam yang disiarkan langsung di Youtube Kraton Jogja dan Ngabekten yang diadakan selama dua hari, Sabtu-Minggu (22-23/4/2023). Acara Ngabekten tersebut diadakan secara tertutup untuk umum.
untuk baca: https://jogja.idntimes.com/life/education/rizna-m-hidayah/mengenal-upacara-adat-garebeg-perayaan-keagamaan-islam-di-yogyakarta.